Senin, 28 Desember 2009

Di Indonesia, Broadband Baru Cuma Dukung Gaya Hidup



Internet broadband, alias akses Internet dengan kecepatan tinggi ternyata baru sekadar mendukung gaya hidup penggunanya di Indonesia. “Efek di kehidupan pribadi adalah bisa hemat uang dan meningkatkan kehidupan sosial pemakainya, tetapi untuk produktivitas masih kecil “ ungkap Yohanes Denny (Strategic Intelligence, PT Nokia Siemens Networks) di Jakarta (22/12).


Yohanes ketika itu mengutipkan hasil riset di 15 negara, termasuk Indonesia. Lebih lanjut Yohanes mengatakan, di Indonesia broadband belum terlalu besar mempengaruhi produktivitas, apalagi untuk menunjang kegiatan bisnis dan pemerintahan. “Tapi sangat berefek dalam lifestyle,” tegasnya.

Dari riset itu, Yohanes mendapatkan bahwa (pemanfaatan broadband di) Indonesia lebih berbasis pada sisi konsumerisme dan masih dalam rendah dalam infrastruktur dan ICT. Pengguna broadband juga masih dalam masa transisi ke arah gaya hidup. “Harusnya galakkan produktivitas. Di Indonesia, produktivitas tidak meningkat, tapi lifestyle meningkat,” sesalnya.

Uniknya, kebanyakan pengguna yang mayoritas adalah kalangan muda itu menggunakan akses broadband tersebut di rumah, bukan di kantor, kafe Internet, atau di perjalanan. “Jadi sebenarnya terbuka peluang bagi operator untuk menciptakan industri kreatif dengan sentuhan personal,” kata Yohanes.

Menurut Yohanes, perilaku pengguna di tanah air maupun di dunia sebenarnya dari tahun ke tahun tidak berubah. Yang digunakan adalah aplikasi-aplikasi ber-bandwidth rendah. Maklum kegiatan para pengguna ini masih saja seputar browsing, -e-mail, donwload, upload, video streaming dan online gaming.

“Mereka suka kepraktisan, alias model bayar kalau pakai, mengakses aplikasi-aplikasi yang tidak menyedot bandwidth, dan mobile sebagai gaya hidup, alias bersifat personal. Jadi sebenarnya yang diperlukan adalah solusi e-living yang tidak bisa lagi dipisahkan antara browsing, e-mail, download, dll,” ucap Yohanes. Ia juga menyarankan para operator telekomunikasi untuk menambahkan unsur ‘excitement’. “Yang mereka cari adalah excitement, beda dengan apa yang adi kepala operator, yakni kepuasan. Sebenarnya , yang dicari adalah kenyamanan, bukan kecepatan,” tandasnya.

Yohanes menyayangkan sikap operator yang masih memperlakukan broadband bak potongan-potongan kue yang pada akhirnya memunculkan keluhan bahwa mereka tidak untung dan harus memangkas bandwidth. “Disarankan operator berpikir lebih jauh dari sekadar paket unlimited, time-base, volume-base, tapi masuk ke e-living, e-education, e-health, e-commerce, e-government. Lebih fokus ke pemakaian koneksi untuk meningkatkan berbagai aspek kehidupan. Operator harus bertransformasi dari pembagi kue menjadi customer data. Misalnya dengan menjual mobile voucher.”

“Aplikasi ponsel adalah bisnis yang menjanjikan. Sudah saatnya Indonesia masuk ke e-living. Semua industri harus berkolaborasi,” tandas Yohanes.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berikan komentar Untuk kemajuan..